Medan Trip ( Agustus 2015)

/
0 Comments
Karena kesibukan kerja blog ini jadi terbengkalai deh, mohon maaf pembaca setia. Silahkan membaca perjalanan Saya di Medan. Semoga berkenan :)

Berawal dari ajakan Ka Fina teman, yang terus menerus untuk mengunjunginya, akhirnya pada bulan Agustus 2015 Saya memutuskan beli tiket pesawat ke Medan (tempat tinggal Ka Fina).

Landing di Kuala Namu airport jam 14.20 pada hari Jumat 14 Agustus 2015, lalu karena baru pertama kali. Saya celingukan mencari dimana Railink (kereta api bandara) berada. Tak lama, Saya menemukan counter tiket dan mengeluarkan uang senilai Rp 100.000 untuk tiket Railink yang berangkat pukul 15.00. 

Kesan pertama Saya ketika menaiki Railink adalah... Wow, keretanya bersih dan terlihat canggih sekali. Agak mirip dengan Shinkansen untuk design luarnya. Beda jauh dengan KRL di Jakarta (Ya iyalah Gladys, masa empat ribu perak mau dibandingin sama seratus ribu perak! hihihi) Namun, setelah Railink berjalan yang Saya pikirkan adalah, ya ampun leletnyaaa. Katanya sih memang kalau arah Kualanamu menuju Medan bisa makan waktu sampai 45 menit. Namun arah sebaliknya diprioritaskan menjadi 30 menit. Tapi tetap saja, sebagai orang yang ga sabaran. Saya jadi gregetan... hehehe...

Tiba di Stasiun Medan, Saya dijemput dan diantar ke kantor Ka Fina. Tidak menunggu berapa lama, Saya, Ka Fina beserta beberapa teman yang lainnya langsung meluncur ke Home Karaoke Studio, untuk merayakan Ulang Tahun Ka Fina.

Keesokan harinya, Ka Fina, Meida, dan Risye setuju untuk menemani Saya ke Danau Toba! Yuhuuu!!! Inilah salah satu alasan kenapa Saya akhirnya memutuskan jalan-jalan ke Medan. Kota Nun Jauh dari Jakarta.

Berangkat Pukul 8 Pagi, disupiri oleh teman suaminya Ka Fina, kami berlima bertolak menuju Danau Toba. Untuk menuju Parapat (nama daerah tempat Danau Toba berada) membutuhkan waktu sekitar kurang lebih 4 jam. Pertama kita harus melewati kota Brastagi, lalu Kabanjahe, Bintang terakhir di Parapat. Saya baru tahu kalau di Sumatera itu struktur jalannya Hutan-Kota-Hutan-Kota-Hutan terus begitu sampai tiba. Dan asiknya adalah, tidak ada sinyal handphone! Jadi bisa fokus ngobrol dan foto-foto. Meskipun memakan waktu yang tidak sebentar, Saya menikmati setiap menit perjalanannya karena Ka Fina dan Meida orangnya rame. Jadi, Saya yang punya kepribadian kadang rame kadang diem ya ikut mendengarkan saja sambil sesekali nimbrung cerita.

Dalam perjalanan, kami mampir ke Taman Wisata Lumbini, sebuah Pagoda Budha yang cukup besar yang terdapat di Barus Jahe. Masuk disana anehnya gratis lho!! Parkir saja tidak bayar!! Hanya didata saja nama dan nomor telpon pengunjung, mungkin untuk data total pengunjung saja. Sungguh bertolak belakang sekali dengan apa yang terjadi di Masjid Al Mashun, tempat ibadah yang seharusnya memberikan kenyamanan kepada orang yang ingin sholat. Balik ke Lumbini, disana Saya seperti merasa berada di Thailand! Bangunan Pagoda nya berdiri kokoh, cantik dan megah, berwarna sewarna emas. Pagoda ini merupakan replika dari Pagoda Shwedagon atau juga disebut Pagoda emas Yangon yang berada di Myanmar. Karena sedang tidak ada kegiatan keagamaan, kami masuk ke dalam dan melihat-lihat interior Pagoda tersebut. Didalamnya terdapat ratusan lilin-lilin yang dinyalakan dan disudut ruangan, mata Saya menangkap ada sebuah replika pohon yang banyak terdapat kartu -kartu yang digantung dan ternyata setelah di-amati adalah tulisan-tulisan permohonan dari orang-orang. Ooh, ternyata ini Wishing Tree, tho.

Pagoda Lumbini


Namaste!

Kami pun melanjutkan perjalanan dan sekitar pukul 12 lebih sedikit, akhirnya kami sampai di Simalem Resort di daerah Parapat. Kami sengaja tidak langsung ke tepi Danau Toba nya. Karena referensi dari Suami Ka Fina kalau Danau Toba lebih indah jika dilihat dari Simalem. Dan ternyata benar!!! Sungguh cantik pemandangan yang disuguhkan oleh Danau Vulkanik ini. Bener-bener membuat Saya tercengang. Kadang ketika Saya traveling, ada saat-saat sendu dimana saat itu Saya merenungi kehidupan dan bersyukur. Betapa cantiknya ya Negeri ini, dan Saya pun serta merta mengucap Allahu Akbar, Maha Besar Engkau Ya Allah, yang mampu membuat kaldera secantik dan seindah ini. Akhirnya Saya sampai juga di Danau terbesar di Asia Tenggara, Danau yang dulu hanya Saya bisa lihat di uang seribuan. Wkwkwk



Puas foto-foto, dan Ka Fina belanja banyak oleh-oleh di Simalem (Saya lupa nama Tokonya apa). Kami meluncur turun. Ka Fina menawarkan apakah mau mampir di Air Terjun Sipiso-piso yang tidak terlalu jauh dari Simalem. Saya pun meng-iyakan. Setelah itu Saya langsung menyesal karena mampir disana. Kenapa? Bukan karena air terjunnya tidak menarik. Bukan sama sekali. Tapi karena ada Anjing hitam yang nyeremin banget yang berkeliaran disana! Jadi, si Anjing yang mirip banget sama Sirius Black di Harry Potter itu loncat keliling kesana-kemari. Dan, ketika dia sedang lari berkeliling mendekati kami yang sedang duduk-duduk, hanya Saya yang spontan bangkit dan agak sedikit lompat ke samping minta perlindungan supaya ga terlihat si Anjing, Eeh apesnya, padahal si Anjing sudah lari agak menjauh dari kami, dia tiba-tiba sadar kalau ada orang yang ketakutan, dia muter balik badannya, dan selama 1 menit yang menakutkan dia menatap garang ke Saya. Kami saling pandang-pandangan!! Wah pokoknya Horor deh! Untung si Anjing bosen dan ga menghampiri Saya. Saya gatau kalo yang terjadi sebaliknya, bisa-bisa Saya jatuh ke jurang. Mengingat posisi Saya pas mengindar dari si Anjing memang sudah di tepi jurang. Yang bikin Meida teriak-teriak ketakutan.

Pulang dari sana, kami mampir di Warung Makan muslim di Brastagi, dan memesan wajiknya. Wih, enak banget! Ga kalah dengan Wajik di Pulau Jawa. Ketannya Pulen, gurih dan manis. Mantab deh pokoknya. Yang ga mantap adalah ternyata perjalanan pulang makan waktu lebih lama, karena maceet ga ketulungan. Ampun deh... Sampai jam 10 Malam di Medan, kami langsung beristirahat.

Minggu pagi, Saya diajak Ka Fina untuk Kulineran di Kota Medan, pagi Sarapan Lontong Kak Lin yang letaknya di depan SMA 1 Medan, siangnya setelah berkunjung di Istana Maimun dan Masjid Al Mashun untuk foto-foto dan Sholat. Saya dan Ka Fina mampir di Restoran Tip Top, restauran tua yang menyajikan kue-kue jadul tapi enak. Sorenya, kami makan di Restoran Nelayan di Sun Plaza, yang Pancake Alpukatnya ampun-ampunan enaknya!. Hari itu ditutup dengan Es Krim Pot yang keliatannya seperti tumpukan tanah liat dan cacing. Mungkin yang gak tau kalau itu es krim, ngeliatnya pasti jijik. Tapi seriusan deh, wihhh enaknya tuh es krim coklat apalagi Saya milih toppingnya Oreo!. Saya adu balap makan cepat es krim dengan si Abang, anaknya Ka Fina yang pertama. Dan ternyata Saya kalah, karena gigi ini gak kuat lagi makan yang dingin-dingin dengan terlalu cepet. Faktor U.. Huhuhu

Masjid Raya Al-Mashun

Bergaya sedikit di Istana Maimun :)

Senin, 17 Agustus 2015, tiba waktunya Saya mengucapkan salam perpisahan dengan Kota Medan. Sebelumnya Saya diajak muter-muter Jalan Kruing untuk membeli oleh-oleh untuk temen kantor dan orang rumah. Bolu Meranti, Bika Ati Raja, Pancake Durian, Asinan Bengkoang, Risol Gogo, Sirop Markisa yang pokoknya bikin bagasi Saya hampir over! Hehehe. Setelah itu Saya diajak mampir di Durian Ucok. Dan dipaksa mengabiskan satu durian ukuran jumbo sendiri! Wah, sampe eneg-eneg Saya. Eh, si Ka Fina mah emang dasar hantu durian. Dia sih nyantai-nyantai aja mukanya. 

  
   Lontong Kak Lin yang Maknyus!

Es Krim Pot

Di penghunjung perjalanan, Saya akhirnya tahu bahwa di Medan ada tiga Budaya. Budaya Melayu, Budaya Islam dan Budaya Kristen. Nah, Budaya orang Medan Kristen banyak memiliki kesamaan dengan orang-orang Toraja di Sulawesi Selatan. Rumah adat mereka mirip. Sepanjang jalan Brastagi-Kabanjahe jarang sekali ditemukan penjual makanan halal, begitu pun di Toraja (Saya akan bahas tentang Toraja di postingan selanjutnya). Bahkan paras muka orang Batak dan Toraja tidak jauh berbeda lho kalau diperhatikan. Ya kesimpulan asal-asalan dari Saya sih mungkin saja zaman dulu ada orang Medan yang merantau ke Toraja atau malah sebaliknya. Who knows? Yang jelas Indonesia memang memiliki kebudayaan yang sangat beragam, ya. Jadi makin bangga jadi orang Indonesia.

Terakhir, menurut Saya Medan adalah tempat yang tepat untuk wisata Kuliner. Karena makanannya enak-enak banget! Dan cocok di lidah Saya. Makasih ya Ka Fina yang baik banget selama Saya disana. Guys, kalian harus masukan Medan sebagai daftar tujuan wisata. Because, once in a while you need a great escape, right? And I think, Medan would perfectly suit for you to try on. Happy Vacation!!








You may also like

Tidak ada komentar:

Gladys Franatha. Diberdayakan oleh Blogger.