Setelah melihat postingan @anakjajan di Instagram, siang tadi Saya iseng mengunjungi Central Park untuk melihat langsung Great Britain Food Festival yang merupakan pertama kalinya diadakan di Jakarta.



Disana ada beberapa Stan yang menjual makanan dan jajanan khas Inggris... Seperti Pizza Express, Royal Albert, Teh Twinings, Fish & Chips dan Juga Stan dari The Dharmawangsa dan Pullman Hotel.



Karena Saya sudah makan sebelumnya dan masih full perut inih... Saya memutuskan hanya mampir di Stan The Dharmawangsa dan memesan sepotong Cheesecake dan Walnut Cake.


It taste good! Really! Especially the Cheese Cake. Super Yummie! Kejunya smooth, Almondnya Crispy dan Taburan Frozen Fruit  seperti Raspberry, Strawberry, dan Orange menambah kaya cita rasa kue tersebut. Untuk Walnut Cakenya saya tidak begitu suka, karena ada lelehan Dark Chocolate nya yang notabene Pahit!

Ayo guys bagi yang tidak punya acara bisa mampir ke event ini. Terakhir hari ini lho!!

Jika memang berminat mengunjungi negeri Ratu Elizabeth, ada stand travel di sini yang mengadakan promo khusus.





GREAT Britain Food and Drink Festival
Date:
23-25 October 2015
10.00 – 22.00


Location:
Tribeca Park – Central Park Mall
Jl. Let. Jend. S. Parman Kav. 28, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 11470
Facebook: British Embassy Jakarta
Twitter/ Instagram: @UKinIndonesia
http://www.visitbritain.com
Hello Fellas!! I'm Gladys welcoming you with happiness to my website.  I hope you all enjoy it. To be honest, I buy everything for this blog with my own money. So everything will be clear and transparent 



Sudah lama aku dan teman-teman kuliahku merencanakan liburan sama-sama. Memang kami menjadwalkan untuk merealisasikan vacation tepat setelah pelaksanaan wisuda. Jadilah kami menetapkan tanggal 22,23 dan 24 Mei 2015 menjadi tanggal yang sangat tepat dan menjadikan Pulau Pahawang dan Teluk Kiluan di Provinsi Lampung menjadi destinasi liburan kami.
Jumat, tanggal 22 Mei pukul 8 Malam kami berkumpul di Mal Plaza Semanggi, Jakarta. Kami pun memutuskan naik Taxi ke arah Daan Mogot dan kami menggunakan Bus menuju terminal Kalideres. Dari Kalideres kami naik Bus Arimbi AC Ekonomi ke arah pelabuhan merak, ongkos Bus tersebut hanya Rp 25.000. Salah seorang temanku yang bernama Dani, adalah orang asli Lampung. Jadi dia sangat mengetahui seluk beluk transportasi Jakarta menuju Lampung.
Ketika sudah sampai di Pelabuhan Merak, Kami mampir di Indomart membeli beberapa keperluan yang lupa terbawa seperti sabun mandi, sendal jepit dan beberapa camilan untuk dimakan bersama di Kapal. Lalu, kami antri membeli tiket Kapal Pelni seharga lima belas ribu rupiah (ya benar, hanya RP 15.000 harga yang sangat murah mengingat kami akan melintasi selat sunda dari Pulau Jawa Menuju Pulau Sumatra). Jujur saja, ini pengalaman pertamaku naik Kapal jadi agak norak sedikit..hehehe.. Ternyata Kapal Pelni itu dibagi menjadi dua Bagian deck atas dan Kabin. Karena kapal yang kunaiki kelas ekonomi, jadi tidak ada pemandangan seperti yang kita lihat di Kapal Titanic..hihihi ya iyalah! Kami tiba di Kapal pukul 02.00 pagi Waktu Indonesia Barat. Sesampainya di Kapal, kami sangat mengantuk jadilah kita putuskan untuk tidur dan ternyata Kabin bawah semua sudah penuh. Kami naik ke deck atas dan tidur di kursi panjang yang terbuat dari besi. Memang tidak terlalu nyaman tapi karena memang sudah sangat mengantuk dan aku termasuk tipikal orang yang bisa tidur dimana saja ya akhirnya pulas saja tidurnya.
Aku terbangun dengan hentakan dari dua tangan manusia, awalnya aku langsung sigap dan kaget sekali karena bingung dan masih tidak sadar sedang ada dimana. Lalu dengan cepat aku menyesuaikan diri. Ternyata tangan tersebut adalah tangan Bang jek dan Merlyn yang mencoba memberitahuku kalau Kapal sudah hampir merapat di Pelabuhan Bakauheni. Yeaay, akhirnya aku akan menginjakan kakiku yang pertama kalinya di Tanah Sumatera. Aku menyalakan telepon genggamku dan melihat ternyata sudah pukul setengah lima pagi. Perjalanan Merak ke Bakauheni kurang lebih memakan waktu selama tiga jam. Lalu, sebelum kapal merapat aku mampir di toilet kapal yang cukup bersih, namun sayang tidak ada tissue untungnya aku selalu membawa tissue kering kemanapun aku pergi. Kapal pun merapat dan kami turun. Aku celingukan mencari musholla, dan Alhamdulillah ada. Kami pun melaksanakan Ibadah Sholat Shubuh di musholla tersebut. Sekeluarnya dari musholla kami diserbu oleh calo Bis yang memaksa naik ke berbagai tujuan. Si calo berkata, “Mau kemana dek? Padang? Ayo naik Bus ini saja.” Lalu ada lagi calo yang lain, “Dek, ayo dek ke Medan naik Bus ini, dijamin selamat sampai tujuan.” Aku pun berfikir dalam hati, wah ternyata tidak ada bedanya ya Bandara dan Pelabuhan, sama-sama banyak calo yang maksa naik kendaraan mereka padahal tujuan kami hanya ke terminal Rajabasa di Bandar Lampung malah dipaksa ke Medan!
Kami pun naik Bus Ac Ekonomi dengan tarif dua puluh lima ribu rupiah menuju Rajabasa dan aku melanjutkan tidurku yang sempat terpotong tadi. Aku terbangun pukul tujuh pagi dengan perut keroncongan. Untungnya tidak berapa lama kemudian kami sudah tiba di Rajabasa (ternyata Terminal Rajabasa berdekatan dengan Universitas Lampung). Aku sudah merasakan lapar yang tak tertahankan dan sambil menunggu jemputan kami datang, aku memesan nasi uduk. Aku tidak mengharapkan rasa yang enak dari nasi uduk itu karena tau sendiri kan makanan di terminal biasanya hanya ala kadarnya. Ternyata bener kata pepatah “Never judge a book by it’s cover.” Nasi uduknya enaaaaak banget!! Pulen dan gurih santan. Aku baru tahu dari Dani, ternyata Lampung memang penghasil kelapa, pantas saja nasi uduknya mantap begitu. Untuk seporsi nasi uduk dengan lauk telur sambal dan goreng tempe kering aku hanya membayar delapan ribu rupiah.
Jemputan (kami menyewa mobil Avanza dan seorang driver selama perjalanan kami disana dari rental mobil milik temannya Dani) kami pun datang. Kami melanjutkan dua jam perjalanan menuju pantai Klara (kelapa rapat) pantai itu merupakan gerbang menuju pulau Pahawang. Tapi, yang sedihnya adalah ternyata pemilik pulau Pahawang sedang berkunjung ke pulau tersebut. Jadi, tidak boleh ada pengunjung yang merapat di pulaunya itu, huuuuh pelit sekali. Padahal kan kami paling-paling hanya numpang foto saja.


Kami menyewa peralatan snorkling dan kamera underwater. Berganti pakaian dan langsung menaiki kapal sewaan ke tengah laut menuju titik dimana kami bisa snorkling dengan bebas. Lampung ternyata lebih panas dari Jakarta! Apalagi pantainya.. jadi kami mengoleskan Sebamed SPF 30 PA+++ ke badan kami, itu pun kaki aku tetap belang-belang persis kayak kue lapis legit…ckckck…. 


Balik ke topik, kami ditemani dua orang abang-abang, yang satu bertugas sebagai driver kapal dan yang satu lagi menemani kami snorkling (abang ini jago banget renangnya!). Di titik snorkling pertama, kapal kami diturunkan jangkarnya dan aku merapikan DSLR ku kedalam tas kamera, ngeri banget sebenernya bawa-bawa kamera ke tengah laut. Tapi aku bertekad harus dapet gambar yang keren buat di pampang di Instagram dan di blog ku ini. Kami memasang sepatu snorkling (lupa namanya) dan pelampung serta kacamata renang. Lalu aku nekad loncat dari atas kapal ke laut, padahal sama sekali ga bisa renang! Untung pelampungnya lumayan safety. Di tengah laut, aku niat banget buat dapetin angle yang nunjukin indahnya lautan Indonesia , aku lepasin pelampungku dan menyelam kedasar. Akhirnya setelah sepuluh kali take, Dani si tukang foto underwater dan si Abang bisa bernapas lega karena aku ga nyusahin mereka lagi. Dapet juga nih foto. Hihihi…

Setelah masing-masing dari kami dapet foto lagi snorkling, kami pindah ke titik lain, di titik ini aku udh ga mau di foto lagi (males juga yang jadi tukang fotonya..hehehe). Sepertinya jadi ga nikmatin perjalanan banget kalo foto-foto terus. Aku liat view di bawah laut, cantiiik banget. Malah aku ketemu Nemo! Cuma bedanya Nemo ini warnanya hitam bukan orange yang seperti versi Disney. Kami merapat di pantai yang aku numa nama pantainya apa, lalu lanjut narsis foto-foto. Ketika udah capek dan pengen kembali ke pantai Klara, kami ditawarin naik Banana Boat oleh dua orang mang-mang sunda (FYI, di Lampung ternyata banyak banget orang Sunda, tepatnya dari Pandeglang). “Eneng-eneng dan akang-akang yang cantik dan ganteng, mau naik Banana Boat ga? Kalau engga kami mau pulang, capek banget narik dari pagi belom ada yang maen Banana Boat.” Karena kasian dan pengen juga main Banana Boat akhirnya kami naik juga, tapi temen ku Bu Ika, nawar dulu harganya (dasar emak-emak, pasti deh apa-apa ditawar) Jadilah transaksi deal dengan Rp 140.000 untuk tujuh orang. Seru sih naik BB tapi kesannya adalah jangan naik kalo anda jantungan. Bagi yang udah pernah naik pasti tau. Sepersekian detik sebelum BB nya diterbalikan oleh si Mang, jantung ini serasa pindah ke kaki. Dan pas kecebur di laut itu rasanya panik banget! Kayak bakalan tenggelem dah, padahal pake pelampung… Aku mengap-mengap nyari oksigen ke atas. Untung ditarik sama temenku yang jago berenang.

Selesai main Banana Boat kami kembali ke Pantai Klara, dan berganti pakaian kering. Langsung cap cus menuju Teluk Kiluan. Teluk Kiluan terletak di Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Perjalanan kesana memakan waktu 2 Jam, dan kami lapar lagi abis berjam-jam main air. Makan deh tuh nasi padang di Mobil. Nasi padang yang rasanya standar itu jadi nikmat karena disantap barengan teman. Setelah kenyang, aku berjuang melawan rasa kantuk karena pengen lihat pemandangan jalanan di Lampung. Ternyata jalanan Lampung mirip-mirip jalanan di Sukabumi. Jalannya tidak terlalu besar. Di kiri dan kanan jalan, masih terdapat rumah tradisional Lampung.
Nuwo Sessat (Rumah Tradisional Lampung)

Akhirnya sampai deh kami di penginapan. Awalnya kami agak sanksi dengan penginapan kami, karena mobil kami di kawal sepeda motor melewati tempat pembuangan sampah. Aku udah membayangkan penginapan kami akan kurang layak, eeh tapi ternyata penginapan kami kece badai. Kami dapat penginapan persis di depan Teluk Kiluan. Dua kamar tidur, dua extra bed, dapur dan kamar mandi dalam. Bersih pula. Cukup oke deh buat harga yang cukup terjangkau.
Penginapan Tepi Laut di Kiluan (Price +/- Rp 400.000/ Malam)

Minggu, jam 6 pagi kami semua sudah siap naik Jukung atau perahu kecil, satu Jukung untuk 3 orang. Lalu kami bertolak menuju tengah Teluk Kiluan untuk tour melihat lumba-lumba. Cukup lama kami menikmati pemandangan rumah-rumah panggung di tepi teluk dan sekitar 30 menit perjalanan, akhirnya kami berhasil sampai di titik dimana ratusan lumba-lumba sedang berkumpul. Topografi kiluan itu berbukit dan berlembah. Setiap jengkal laut dan hasta daratan, serta gunung dan dalam lautan seakan menghipnotis semua teman-temanku, mereka merasakan sebuah kenyamanan yang mendamaikan. Lumba-lumba yang melompat-lompat ria juga akan memberikan semangat untuk sebuah pertunjukan alam di wilayah laut Lampung. Psst… katanya sih, lumba-lumba di Kiluan adalah populasi lumba-lumba terbanyak yang ada di Asia bahkan Dunia. Saat terbaik untuk melihat lumba-lumba adalah di bulan Mei sampai Agustus.


Kami sangat bahagia melihat lumba-lumba berenang bebas di alamnya. Berenang dengan lincahnya. Sementara di tempat lain lumba-lumba yang kurang beruntung di sirkus keliling yang harus hidup di kolam kecil menjadikan ruang gerak terbatas, hidup di air klorin, menahan lapar karena tergantung pawangnya dan harus dipindahkan kesana kemari dari kota satu ke kota lain dengan cara yang semena-mena. Miris memang… Namun, hal-hal seperti ini yang kadang kurang disadari oleh masyarakat awam, perlakuan dibalik pertunjukan sirkus lumba-lumba.
Puas menatapi atraksi lumba-lumba, kami sarapan di Pulau Kelapa dan langsung melanjutkan perjalanan menuju Laguna Gayau. Laguna Gayau terletak di sebelah timur teluk Kiluan. Kami harus berjalan kaki kurang lebih satu jam untuk sampai di sana. Dari pemukiman penduduk menanjak menuju bukit kebun gayau (pisang hutan) dan pohon-pohon coklat. Sesampai di puncak kita turun ke sebuah pantai berpasir putih dengan ornamen karang di beberapa sisi. Dari sini berjalan ke kanan menyusuri karang terjal. Sesekali menerabas air laut berombak ganas menembus karang bolong. Tapi yang paling menantang ketika kami harus meniti jembatan sebilah batang pohon. Tak berapa lama kami sampai di sebuah laguna dengan air hijau kebiruan membentang. Dinding karang melindungi dari ganasnya ombak. Tak sabar ingin menceburkan dan mengintip ada biota laut apa di dalamnya. Ikan kecil nampak berenang bebas di dalamnya, tumbuhan laut berwarna kemerahan menempal di dinding laguna.


Tepat pukul dua belas kami memutuskan untuk menyudahi perjalanan kami di lampung dan berangkat menuju Jakarta. Walau badan super lelah dan besoknya kami harus melanjutkan aktifitas sehari-hari tapi kami sangat puas dan senang sekali bisa menginjakan kaki kami ditempat yang luar biasa indah pemandangan alamnya.
Sungguh Indonesia memang surga bagi para pecinta jalan-jalan
Gladys Franatha. Diberdayakan oleh Blogger.